Powered By Blogger

Jumat, 13 Januari 2012

TEORI EVOLUSIONIS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Paradigma yang berkembang mengenai teori evolusi adalah penyangkalan teori evolusi dan cenderung mendehumanisasikan manusia melalui sejarahnya. Karena manusia dalam teori evolusi berasal dari kera. Tidak sedikit kalangan yang mengkritik habis teori evolusi hanya berupa dongengan belaka. Terutama dari kalangan agamawan yang menentang habis teori evolusi sebagai teori yang mutad dan menentang kebesaran Tuhan. Tetapi apakah yang mendasari mereka mengatakan teori evolusi sebagai sebuah ajaran yang murtad. Apakah tidak ada nilai baik yang dapat diambil inti dari teori evolusi ini?
Harun Yahya dalam karyanya yang berjudaul “Menyibak Tabir Evolusi” adalah salah satu tokoh yang menentang hadirnya teori evolusi. Beliau beranggapan bahwa asal mula manusia bukanlah berdasarkan serangkaian kejadian yang terjadi secara kebutalan dari satu spesies, tetapi melainkan melalui Sang Maha Kuasa. Tetapi apakah benar teori evolusi hanya berupa teori yang menerangkan kejadian awal mula manusia?
Disinilah paradigma yang berkembang dari teori evolusi mengalami kekeliruan yang mendasar. Teori evolusi bukanlah suatu teori yang hanya menjabarkan kejadian asal mula manusia, tetapi teori evolusi lebih dari itu. Teori evolusi merupakan suatu hasil penelitian ilmiah yang menerangkan keserupaan antara berbagai jenis makhluk hidup yang dahulu dan masa kini. Dan itu bukanlah merupakan penjabaran mutlak dari mana asal muasal manusia atau siapakah makhluk hidup yang pertama dimuka bumi ini seperti anggapan para penentang teori evolusi.
Memang pada awalnya—sewaktu abad 19, teori evolusi yang dikemukakan oleh Darwin menerangkan perbandingan antara manusia dan hewan (dalam kasus ini kera). Tetapi andaikan teori evolusi ini diterima beberapa kalangan yang menentang sebagai sebuah teori yang terbuka, maka akan tampaklah nilai-nilai baik yang tidak mendehumanisasikan manusia. Lebih dari itu, teori ini merupakan titik pijak dari berkembangnya pengetahuan manusia tentang sejarah kehidupan manusia.
Terasa dan memang sangat sulit untuk menerima akan keterbukaan teori ini sebagai sebuah pengetahuan yang terbuka. Banyak kalangan yang tidak dapat memisahkan antara ranah agama dan pengetahuan ilmiah (sains). Banyak kalangan yang tidak dapat memisahkan kedua ranah ini dan menyetujui bahwa menerima pemisahan agama dan ilmu pengetahuan adalah sebuah jalan menuju kemaksiatan dan kemurtadaan. Tetapi lebih dari itu, pemisahan ilmu pengetahuan dan agama merupakan sebuah jalan dari pengagungan yang lebih dari Sang Kholik.
Mereka yang menyetujui teori evolusi sebagai sebuah pengetahuan mengemukakan bahwa teori evolusi adalah sebuah bentuk pengetahuan yang layak untuk disajikan. Hal ini bukanlah tanpa anggapan yang tidak ilmiah. Sebagai ilmuwan, mereka mengemukakan gagasan yang relevan dan masuk diakal untuk diberikan pada masyarakat. Sebagai contoh mengapa teori evolusi merupakan serangkaian seleksi alam dalam keidupan.
Selain dalam bidang ilmiah, teori evolusi inipun dikembangkan dalam bidang sosial. Karl Marx adalah salah satu contoh dari pengembang dibidang sosial. Teori evolusi merupakan bentuk dari sebuah proses yang membebaskan penganiayaan manusia berdasarkan seleksi alam. Penyimpulan ini dikarenakan banyaknya masyarakat kelas pekerja yang akan tunduk pada kaum borjuis. Tetapi lagi-lagi dengan melalui sebuah proses yang lama namun pasti (evolusi), kaum proletar akan mendapatkan hak-hak hidupnya. Oleh sebab itu dalam pembahasan makalah kami ini akan membahas teori evolusi dalam bidang ilmu sosial.

B.     Rumusan Masalah
Dari  mukadimah diatas, sekiranya terdapat beberapa point yang akan dijadikan perumusan masalah. Diantaranya:
  • Apakah teori evolusi itu ?
  • Bagaimanakah macam-macam teori evolusionis?
  • Bagaimanakah pandangan tokoh sosial tentang teori evolusionis?
















BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Evolusionis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia evolusi berarti perkembangan atau pertumbuhan yang berangsur-angsur. Namun dalam artian epistimologi, evolusi berarti perubahan secara perlahan namun pasti menuju kesuatu titik.
Pada bidang Sosiologi, kita kenal Teori Evolusi Sosial yang dipopulerkan oleh Sir Herbert Spencer (1820-1903), yang menyatakan bahwa masyarakat berkembang dari bentuk yang sederhana, tidak teratur menjadi bentuk yang koheren dan teratur. Sementara itu, pada kajian Hubungan International, dikenal juga teori International Darwinism dengan konsep negara yang paling kuatlah yang akan menang dalam setiap kancah persaingan internasional.
Evolusi Sosial digambarkan sebagai serangkaian perubahan sosial pada masyarakat yang berlangsung lama dan berawal dari kelompok suku dan/atau masyarakat sederhana dan homogen kemudian secara bertahap menjadi masyarakat yang lebih maju dan akhirnya menjadi masyarakat modern yang heterogen, kompleks dan diferensiasi fungsi. Dalam menjalani tahapan-tahapan perubahan tersebut setiap kelompok masyarakat mempunyai metode/cara yang tidak sama karena menyesuaikan dengan unsur budaya lokal. Adalah pemikiran Auguste Comte sebelum Herbert Spencer, yang menitikberatkan bahwa masyarakat adalah pemimpin yang memiliki kedudukan dominan terhadap individu manusia pribadi.
Pandangan Herbert Spencer dalam evolusi sosial terkenal dengan sebutan Darwinisme Sosial atau Social Darwinism meskipun Teori Evolusi Darwin hanyalah memberikan inspirasi bagi teori evolusi sosial dan sama sekali bukan buah pemikiran Darwin. Hanya karena Herbert Spencer melihat ada kesamaan dalam teori evolusi darwin maka kadang manusia disebutnya sebagai organisme. Dalam ilmu Psikologi hal ini lebih dikenal dengan teori Coping Behaviour.
Darwinisme Sosial menggambarkan bahwa perubahan dalam masyarakat berlangsung secara evolusioner (lama) yang dipengaruhi oleh kekuatan yang tidak dapat diubah oleh perilaku manusia. Individu menjadi poros utama perubahan. Meski masyarakat dapat dianalisis secara struktural, namun individu pribadi adalah dasar dari struktur sosial, karena Spencer memandang sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai hakikat manusia secara inkorporatif. Struktur sosial dibangun untuk memenuhi keperluan anggotanya. Teori Spencer mengedepankan perjuangan hidup dan karenanya sangat cocok dengan perkembangan kapitalisme, liberalisme dan individualisme. Hal ini dituangkan dalam buku Principles of Sociology, 1855.

B.     Macam-macam teori evolusionis.
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu unilinear theories of evolution, universal theories of evolution, dan multilined theories of evolution.
a. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.
b. Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.
c. Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.

C.     Pandangan Paul B. Horton dan Chester L. Hunt Tentang Teori Evolusi.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, ada beberapa kelemahan dari Teori Evolusi yang perlu mendapat perhatian, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi sebuah rangkaian tahapan seringkali tidak cermat.
b. Urut-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak sepenuhnya tegas, karena ada beberapa kelompok masyarakat yang mampu melampaui tahapan tertentu dan langsung menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain melompati suatu tahapan. Sebaliknya, ada kelompok masyarakat yang justru berjalan mundur, tidak maju seperti yang diinginkan oleh teori ini.
c. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya, ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Pandangan seperti ini perlu ditinjau ulang, karena apabila perubahan memang merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap urutan tahapan perubahan akan mencapai titik akhir.
Teori evolusi dalam ilmu sosial pada dasarnya digolongkan kedalam Teori Perubahan sosial,sehingga Menurut Paul Bohannan dalam Soerjono Soekanto (1982,315), perubahasan sosial evolusi adalah perubahan- perubahan yang memerlukan waktu yang lama, dimana terdapat suatu rentetan perubahan- perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Pada evalusi, perubahan- perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu kehendak tertentu. Perubahan- perubahan terjadi oleh karena usaha- usaha masyarakat untuk menyusaikan diri dengan keperluan- keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan-perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa –peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersakutan.
Berdasarkan penjelasan Paul di atas maka ciri-ciri perubahan evolusi adalah:
1.      Perubahan terjadi dengan sendirinya (perubahan alami)
2.      Perubahan  membutuhkan rentan waktu yang lama
3.      Perubahan  terjadi karena usaha manusia untuk mendapatkan kebutuhan sesuai dengan kondisi yang ada disekitar kehidupan manusia (kondisi-kondisi baru).
4.      Penggerak perubahan bukan tergantung institusi/struktur sosial namun kebutuhan dan kondisi riil yang ada.
            Perubahan sosial evolusi biasanya terjadi pada masyarakat tradisional, yaitu masyarakat yang memiliki struktur sosial tertutup (tidak memiliki akses informasi dari lingkungan eksternal). Dan biasanya persoalan yang terkait dengan immaterial tidak dapat dilakukan perubahan. Contoh, masyarakat di bali yang memiliki strata sosial ksatria, brahmana, waisyak, dan sudra. Masyarakat digolongkan pada kelas tertentu atas dasar keturunan bukan keterampilan seperti di masyarakat modern (open society). Oleh karena itu masyarakat sulit merubah status sosial yang dimiliki.
            Teori perubahan sosial evolusi seperti yang dijelaskan di atas menenuai banyak kritikan dan pertanyaan. Misalnya Soerjono Soekanto dalam buku pengantar sosiologi (buku rujukan sosiologi  sekolah dasar hingga perguruan tinggi) mempertanyakan seperti berikut ini “apakah suatu masyarakat berkembang melalui tahap- tahap tertentu. Lagipula adalah sangat sukar untuk memastikan bahwa tahap yang telah dicapai dewasa ini, merupakan tahap terakhir dan sebaliknya telah berkembang secara pasti, apakah pasti menuju ke bentuk kehidupan sosial yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, atau bahkan sebaliknya?”. Atas pertanyaannya itu Soerjono Soekanto mengatakan “para sosilog telah banyak meninggalkan teori-teori evolusi tentang masyarakat.












BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Inti dari evolusi bukanlah sebuah ilmu yang bisa dijadikan tolak ukur dalam mencari kebenaran tentang alam raya maupun manusia yang berada didalamnya. Maka untuk alasan apapun evolusi tidak dapat dijadikan satu-satunya tolak ukur dalam memandang manusia dan alam semesta. Evolusi hanya bersifat hipotesis dan kebenarnnya terbatas pada dunia empiris. Implikasi etis yang seharusnya ialah evolusi mampu untuk menghantarkan manusia pada peradaban baru yang lebih maju dan mensejarah, Karena manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial yang selalu hidup bersama dan terus menerus berubah. Mahluk yang bebas untuk menentukan dirinya serta terikat oleh nilai-nilai Norma sosial.
Sehingga dapat kamisimpulkan bahwa dalam teori evolusionis lebih menitik beratkan pada bagaiman perubahan-perubahan dalam masyarakat memiliki mekanisme tertentu sehingga dalam proses perubahanya akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

B.     SARAN
Sebaiknya dalam belajar teori Evolusi janganlah menganggap sebagai  sebuah ilmu yang bisa dijadikan tolak ukur dalam mencari kebenaran tentang alam raya maupun manusia yang berada didalamnya. Untuk alasan apapun evolusi tidak dapat dijadikan satu-satunya tolak ukur dalam memandang manusia dan alam semesta


DAFTAR PUSTAKA

Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Cetakan XIV. 1995.
Ritzer Georger. Teori sosiologi. Bantul. Kreasi Wacana. Cetakan ke VI. 2011.






























TEORI EVOLUSIONIS











1 komentar: